Ceppoh begitulah namanya, setelah Media Bawean menanyakan bahasa Indonesia hasil kerajinan tangan ternyata kebingungan untuk menjawabnya. Ada yang menjawabnya bakul dan lain-lain.
Warga Dusun
Serambah, desa Kebuntelukdalam, Sangkapura, Pulau Bawean, Gresik
mayoritas berprofesi sebagai pembuat ceppoh. Setiap hari ramai warganya
membuat ceppoh di depan rumah, tepatnya duduk di dhurung. Penuh
kesabaran dan keuletan, mereka membuat ceppoh dengan bahan sudah
disediakan, lalu bambu dianyam sampai jadi.
Menurut nenek
Rahbe (70 th.), warga Serambah mayoritas membuat ceppoh sebagai
kerajinan tangan mulai dari nenek moyangnya terdahulu sampai sekarang
masih bertahan. Sedangkan generasi penerusnya, "Jangan khawatir, semua
warga Serambah sudah terampil membuat ceppoh, dari usia tua hingga muda
semua bisa,"katanya.
Ceppoh menurut Rahbe, meliputi empat bagian yaitu lerangan, bingker, attah, dan sengkel.
Berapa banyak hasil pembuatan ceppoh setiap hari? "Hanya 2 saja setiap harinya,"jawabnya.
Sedangkan harga
jual ceppoh perbuah di pasar, disesuaikan ukurannya. Ukuran kecil
seharga dijual seharga Rp.5 ribu dan ukuran besar seharga Rp. 8 ribu.
"Jadi setiap hari penghasilannya sebesar Rp.16 ribu, itupun bila laku
terjual dipasar,"paparnya.
"Pernah menerima
order sangat banyak sampai 1.500 buah ceppoh, itu setahun lalu saat ada
kegiatan maulid Internasional di Sangkapura,"terangnya.
Selain ceppoh,
warga Serambah juga menerima pesanan membuat tara'an (alat untuk
membersihkan padi saat akan dimasak), tompoh (alat untuk membasuh beras
saat akan dimasak), keranjang dan kipas terbuat dari anyaman. (bst)